KABUPATEN CIREBON
Kabupaten Cirebon berada di provinsi Jawa
Barat yang posisinya memanjang dari barat laut ke tenggara pada pantai utara. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Indramayu di wilayah utara Kabupaten
Kuningan di wilayah Barat Daya kabupaten Majalengka di wilayah selatan Provinsi
Jawa Tengah di wilayah timur dan Kota Cirebon di tengah wilayah Kabupaten
Cirebon. Kabupaten Cirebon bersama dengan 1 kota dan 3 kabupaten lainnya yang
disebutkan sebelumnya tergabung dalam kesatuan wilayah yang biasa disebut
Wilayah 3 atau Ciayumajakuning. Dalam perkembangannya Ciayumajakuning selalu
berusaha memantaskan diri untuk menjadi sebuah provinsi dengan ibukota Kota
Cirebon.
Kabupaten Cirebon yang sekarang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajajaran berkuasa di jawa. Saat itu Pangeran Walangsungsang diminta oleh Syekh Nur Jati untuk membuka hutan di pinggir Pantai Sebelah Tenggara Gunung Jati (Lemahwungkuk sekarang). Maka sejak itu berdirilah Dukuh Tegal Alang-Alang yang kemudian diberi nama Desa Caruban (Campuran) yang semakin lama menjadi ramai dikunjungi dan dihuni oleh berbagai suku bangsa untuk berdagang, bertani dan mencari ikan di laut. Danusela (Ki Gedheng Alang-Alang) oleh masyarakat dipilih sebagai Kuwu yang pertama dan setelah meninggal pada tahun 1447 Masehi digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang kedua bergelar Pangeran Cakrabuana.Atas petunjuk Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah. Pangeran Walangsungsang mendapat gelar Haji Abdullah Iman dan adiknya Nyai Lara Santang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim, kemudian menikah dengan seorang Raja Mesir bernama Syarif Abullah. Dari hasil perkawinannya dikaruniai 2 (dua) orang putra, yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sekembalinya dari Mekah, Pangeran Cakrabuana mendirikan Tajug dan Rumah Besar yang diberi nama Jelagrahan, yang kemudian dikembangkan menjadi Keraton Pakungwati (Keraton Kasepuhan sekarang) sebagai tempat kediaman bersama Putri Kinasih Nyai Pakungwati.Pada Tahun 1470 Masehi Syarif Hiyatullah setelah berguru di Mekah, Bagdad, Campa dan Samudra Pasai, datang ke Pulau Jawa, mula-mula tiba di Banten kemudian Jawa Timur dan mendapat kesempatan untuk bermusyawarah dengan para wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel. Musyawarah tersebut menghasilkansuatu lembaga yang bergerak dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dengan nama Wali Sanga. Sebagai anggota dari lembaga tersebut, Syarif Hidayatullah datang ke Carbon untuk menemui Uwaknya, Tumenggung Sri Mangana (Pangeran Walangsungsang) untuk mengajarkan Agama Islam di daerah Carbon dan sekitarnya, maka didirikanlah sebuah padepokan yang disebut pekikiran (di Gunung Sembung sekarang) Setelah Suna Ampel wafat tahun 1478 Masehi, maka dalam musyawarah Wali Sanga di Tuban, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk menggantikan pimpinan Wali Sanga. Akhirnya pusat kegiatan Wali Sanga dipindahkan dari Tuban ke Gunung Sembung di Carbon yang kemudian disebut puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan sebagai pusat pemerintahan Kesulatan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan sebutan GERAGE. Pada Tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih kondang dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I dan menetap di Keraton Pakungwati. Sebagaimana lazimnya yang selalu dilakukan oleh Pangeran Cakrabuana mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran, maka pada tahun 1482 Masehi setelah Syarif Hidayatullah diangkat menajdi Sulatan Carbon membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran PRABU SILIWANGI untuk tidak mengirim upeti lagi karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi Negara yang Merdeka. Selain hal tersebut Pangeran Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga rela berulangkali memohon Raja Pajajaran untuk berkenan memeluk Agama Islam tetapi tidak berhasil. Itulah penyebab yang utama mengapa Pangeran Syarif Hidayatullah menyatakan Cirebon sebagai Negara Merdeka lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran. Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon.
Kabupaten Cirebon memiliki luas wilayah 990,4 km² dan memiliki pusat pemerintahan di wilayah Sumber. Wilayahnya yang luas dan memanjang dengan pusat pemerintahan yang berada di tengah maka untuk melaksanakan pemerataan secara administratif Kabupaten Cirebon terbagi menjadi 40 Kecamatan yang didalamnya terdapat 412 desa dan 12 kelurahan.
Kabupaten Cirebon yang sekarang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajajaran berkuasa di jawa. Saat itu Pangeran Walangsungsang diminta oleh Syekh Nur Jati untuk membuka hutan di pinggir Pantai Sebelah Tenggara Gunung Jati (Lemahwungkuk sekarang). Maka sejak itu berdirilah Dukuh Tegal Alang-Alang yang kemudian diberi nama Desa Caruban (Campuran) yang semakin lama menjadi ramai dikunjungi dan dihuni oleh berbagai suku bangsa untuk berdagang, bertani dan mencari ikan di laut. Danusela (Ki Gedheng Alang-Alang) oleh masyarakat dipilih sebagai Kuwu yang pertama dan setelah meninggal pada tahun 1447 Masehi digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang kedua bergelar Pangeran Cakrabuana.Atas petunjuk Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah. Pangeran Walangsungsang mendapat gelar Haji Abdullah Iman dan adiknya Nyai Lara Santang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim, kemudian menikah dengan seorang Raja Mesir bernama Syarif Abullah. Dari hasil perkawinannya dikaruniai 2 (dua) orang putra, yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sekembalinya dari Mekah, Pangeran Cakrabuana mendirikan Tajug dan Rumah Besar yang diberi nama Jelagrahan, yang kemudian dikembangkan menjadi Keraton Pakungwati (Keraton Kasepuhan sekarang) sebagai tempat kediaman bersama Putri Kinasih Nyai Pakungwati.Pada Tahun 1470 Masehi Syarif Hiyatullah setelah berguru di Mekah, Bagdad, Campa dan Samudra Pasai, datang ke Pulau Jawa, mula-mula tiba di Banten kemudian Jawa Timur dan mendapat kesempatan untuk bermusyawarah dengan para wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel. Musyawarah tersebut menghasilkansuatu lembaga yang bergerak dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dengan nama Wali Sanga. Sebagai anggota dari lembaga tersebut, Syarif Hidayatullah datang ke Carbon untuk menemui Uwaknya, Tumenggung Sri Mangana (Pangeran Walangsungsang) untuk mengajarkan Agama Islam di daerah Carbon dan sekitarnya, maka didirikanlah sebuah padepokan yang disebut pekikiran (di Gunung Sembung sekarang) Setelah Suna Ampel wafat tahun 1478 Masehi, maka dalam musyawarah Wali Sanga di Tuban, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk menggantikan pimpinan Wali Sanga. Akhirnya pusat kegiatan Wali Sanga dipindahkan dari Tuban ke Gunung Sembung di Carbon yang kemudian disebut puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan sebagai pusat pemerintahan Kesulatan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan sebutan GERAGE. Pada Tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih kondang dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I dan menetap di Keraton Pakungwati. Sebagaimana lazimnya yang selalu dilakukan oleh Pangeran Cakrabuana mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran, maka pada tahun 1482 Masehi setelah Syarif Hidayatullah diangkat menajdi Sulatan Carbon membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran PRABU SILIWANGI untuk tidak mengirim upeti lagi karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi Negara yang Merdeka. Selain hal tersebut Pangeran Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga rela berulangkali memohon Raja Pajajaran untuk berkenan memeluk Agama Islam tetapi tidak berhasil. Itulah penyebab yang utama mengapa Pangeran Syarif Hidayatullah menyatakan Cirebon sebagai Negara Merdeka lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran. Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon.
Kabupaten Cirebon memiliki luas wilayah 990,4 km² dan memiliki pusat pemerintahan di wilayah Sumber. Wilayahnya yang luas dan memanjang dengan pusat pemerintahan yang berada di tengah maka untuk melaksanakan pemerataan secara administratif Kabupaten Cirebon terbagi menjadi 40 Kecamatan yang didalamnya terdapat 412 desa dan 12 kelurahan.
Pada
perkembangannya Pemerintah Kabupaten Cirebon juga melakukan
percepatan pembangunan infrastruktur. Jalan menjadi salah satu konsentrasi bagi
pemerintah Kabupaten Cirebon mengingat jumlah jalan rusak yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon. Perbaikan jalan dilakukan terus-menerus sehingga
dapat menunjang aktivitas masyarakat maupun industri. Selain melakukan perbaikan-perbaikan jalan pemerintah Kabupaten Cirebon juga melaksanakan
pelebaran jalan di wilayah ramai dan juga wilayah yang pendukung
industri potensial dari Kabupaten Cirebon, salah satunya adalah industri kerajinan rotan yang berhasil menempatkan diri di pasar dunia.
Pembangunan insfasruktur semakin digalakkan dengan adanya pembanguna kampus ITB di wilayah kabupaten cirebon dan bandar udara bertaraf internasional di sekitar wilayah kabupaten Cirebon yaitu di Kabupaten Majalengka. Diharapkan nantinya sektor ekonomi Kabupaten Cirebon dapat tumbuh pesat dan menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Cirebon.
Infrastruktur lain berupa pedestrian area di beberapa lokasi dengan tingkat keramaian yang tinggi dibuat dan diperbaiki. Baru-baru ini pedestrian area atau trotoar yang berada di Jalan Tuparev disulap menjadi seperti pada Jalan Asia Afrika di Bandung dengan menempatkan bola-bola batu yang bertuliskan nama-nama kecamatan di Kabupaten Cirebon.
Pemerintah Kabupaten Cirebon juga mulai sadar akan potensi di bidang olahraga sehingga dibangunlah sebuah stadion besar di wilayah yang berdekatan dengan pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon. Stadion tersebut masih dalam proses pembangunan.
Dalam menaikkan taraf hidup masyarakat Kabupaten Cirebon pemerintah gencar melaksanakan renovasi atas rumah tidak layak huni di wilayah kabupaten Cirebon. mengingat masih banyak rumah tidak layak huni di wilayah Kabupaten Cirebon setiap tahunnya pemerintah menganggarkan dana untuk melaksanakan renovasi atas rumah tidak layak huni pada bulan Desember lalu pemerintah menggelontorkan dana sebanyak 11 miliar rupiah untuk melakukan renovasi atas 640 rumah tidak layak huni diharapkan warga Kabupaten Cirebon bisa meningkatkan perekonomian di Kabupaten Cirebon semakin berkembang dengan di renovasinya rumah mereka.
Untuk mewujudkan masyarakat sehat dan produktif, Pemerintah Kabupaten Cirebon berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan. Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang baik, Pemerintah berupaya untuk menyediakan fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan paramedis. Pada tahun 2013 di Kabupaten Cirebon telah tersedia sekitar 2 rumah sakit umum, 7 rumah sakit swasta, 57 Puskesmas, dan 6 Poliklinik. Dengan jumlah tenaga medis sekitar 404 orang, dan 335 dokter umum.
Pemerintah Kabupaten Cirebon juga memanfaatkan teknologi dalam memajukan perekonomian masyarakatnya. Kini informasi terkait harga-harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional dapat diakses secara online, sehingga calon pembeli tidak akan tertipu dan dapat menyesuaikan antara budget dan kebutuhan.
Pembangunan insfasruktur semakin digalakkan dengan adanya pembanguna kampus ITB di wilayah kabupaten cirebon dan bandar udara bertaraf internasional di sekitar wilayah kabupaten Cirebon yaitu di Kabupaten Majalengka. Diharapkan nantinya sektor ekonomi Kabupaten Cirebon dapat tumbuh pesat dan menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Cirebon.
Infrastruktur lain berupa pedestrian area di beberapa lokasi dengan tingkat keramaian yang tinggi dibuat dan diperbaiki. Baru-baru ini pedestrian area atau trotoar yang berada di Jalan Tuparev disulap menjadi seperti pada Jalan Asia Afrika di Bandung dengan menempatkan bola-bola batu yang bertuliskan nama-nama kecamatan di Kabupaten Cirebon.
Pemerintah Kabupaten Cirebon juga mulai sadar akan potensi di bidang olahraga sehingga dibangunlah sebuah stadion besar di wilayah yang berdekatan dengan pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon. Stadion tersebut masih dalam proses pembangunan.
Dalam menaikkan taraf hidup masyarakat Kabupaten Cirebon pemerintah gencar melaksanakan renovasi atas rumah tidak layak huni di wilayah kabupaten Cirebon. mengingat masih banyak rumah tidak layak huni di wilayah Kabupaten Cirebon setiap tahunnya pemerintah menganggarkan dana untuk melaksanakan renovasi atas rumah tidak layak huni pada bulan Desember lalu pemerintah menggelontorkan dana sebanyak 11 miliar rupiah untuk melakukan renovasi atas 640 rumah tidak layak huni diharapkan warga Kabupaten Cirebon bisa meningkatkan perekonomian di Kabupaten Cirebon semakin berkembang dengan di renovasinya rumah mereka.
Untuk mewujudkan masyarakat sehat dan produktif, Pemerintah Kabupaten Cirebon berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan. Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang baik, Pemerintah berupaya untuk menyediakan fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan paramedis. Pada tahun 2013 di Kabupaten Cirebon telah tersedia sekitar 2 rumah sakit umum, 7 rumah sakit swasta, 57 Puskesmas, dan 6 Poliklinik. Dengan jumlah tenaga medis sekitar 404 orang, dan 335 dokter umum.
Pemerintah Kabupaten Cirebon juga memanfaatkan teknologi dalam memajukan perekonomian masyarakatnya. Kini informasi terkait harga-harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional dapat diakses secara online, sehingga calon pembeli tidak akan tertipu dan dapat menyesuaikan antara budget dan kebutuhan.
Komentar
Posting Komentar